Jumat, 19 Desember 2008

BUGHOT

Bughot

Ketua Ikhwanul Muslim Indonesia, Habib Husein Al Habsyi mengatakan, definisi bughot atau makar, tidak relevan atau tidak pantas difatwakan pada kondisi saat ini.

Berbicara pada dialog bertajuk "Bughot Dalam Konteks Keindonesiaan", Al Habsyi mengatakan, jika bughot nekat difatwakan, hal itu tidak lebih dari politisasi agama yang dilakukan oleh para ulama, keterlaluan, dan salah. "Itu tak lebih dari keblingernya para ulama yang sudah mempolitisasi agama," katanya.

Menurut dia, orang-orang yang menjadi oposisi bagi pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid yang sudah tidak efektif ini, tidak bisa disebut sebagai bughot.

Dikatakannya, di bawah kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, tidak ada "political will" untuk mengatasi masalah ekonomi yang semakin memburuk dan melemahnya supremasi hukum.

Menyinggung rencana pasukan jihad pendukung Presiden Abdurrahman Wahid ke Jakarta, Al Habsyi mengatakan, sebaiknya hal itu tidak dilakukan karena banyak mudaratnya. "Jika mereka tetap datang, saya juga akan mengerahkan 150 ribu laskar Ikhwanul Muslim untuk membantu TNI mengamankan keadaan," katanya.

Dikatakannya, keberadaan laskar jihad dari Jatim itu tidak terlepas dari kemauan Presiden Abdurrahman Wahid, sebab kalau dia melarang, pasti akan dituruti.

Pada kesempatan tersebut, Al Habsyi juga minta Abdurrahman Wahid secara lapang dada mengundurkan diri sesuai dengan keterangan empat dokternya. "Sebaiknya, Mr Dur (sebutannya untuk Presiden Abdurrahman Wahid) istirahat di Ciganjur supaya tidak terjadi stroke ketiga," katanya.

Al Habsyi mengatakan, Wapres Megawati pantas menggantikan Abdurrahman Wahid dan semua komponen bangsa harus membantu Megawati. "Saya sudah menyerahkan pada Megawati supaya tidak berdiam diri. Ia harus segera mengambil alih kekuasaan dari Mr. Dur," katanya.

Sementara itu, pembicara Rektor IAIN Azyumardi Azra dan salah seorang Ketua PBNU Sholahuddin Wahid, tidak hadir pada acara tersebut.

http://web.gatra.com/artikel.php?pil=23&id=5482

Tidak ada komentar: